KA.KWARRAN BERSAMA SEK.KWARRAN SUGIO

KA.KWARRAN BERSAMA SEK.KWARRAN SUGIO

Senin, 03 Desember 2012

KWARTIR RANTING KECAMATAN SUGIO SEBAGAI JUARA KONTINGEN TERFAVORIT DALAM KEGIATAN “WORLD CARE SCOUTING LEAGUE” TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2012

Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lamongan melalui Dewan Kerja Cabang Kabupaten Lamongan yang memiliki tugas mengelola kegiatan anggota muda Gerakan Pramuka Golongan Penegak dan Pandega Kabupaten Lamongan, berusaha mewujudkan revitalisasi Gerakan Pramuka dengan kegiatan yang mengarah pada basic scouting skill, teknologi, survival dan peduli lingkungan, dengan harapan Gerakan Pramuka mampu bersaing dalam era globalisasi saat ini dan yang akan datang. Kegiatan Giat Prestasi Penegak dan Pandega dan Clean Up The World 2012, dengan konsep Scout Survive berusaha memberikan jawabannya. Dengan kemampuan di bidang teknologi serta potensi Sumber Daya Manusia (SDM) anggota Pramuka yang semakin lama semakin meningkat, Pramuka Penegak dan Pandega di Kabupaten Lamongan ingin menunjukkan kepada masyarakat luas, bahwa Pramuka Penegak dan Pandega mampu menegakkan revitalisasi yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono selaku Kamabinas Gerakan Pramuka dan ikut serta membangun masyarakat seperti tercantum dalam Satya Pramuka serta cinta alam dan kasih sayang sesama manusia sepeti tercantum dalam Darma Pramuka. Kegiatan tersebut adalah World Care Scouting League Tahun 2012 dengan tema “Scouting for Survival” yang mempunyai motto: “Satyaku ku Dharmakan Dharmaku kubaktikan”. Kegiatan World Care Scouting League yang dikenal dengan singkatan WCSL dilaksanakan pada hari Minggu s/d Selasa tanggal 25 s/d 27 Nopember 2012 bertempat di Lapangan Kecamatan Kedungpring dan sekitarnya. Peserta kegiatan WCSL adalah anggota Pramuka Penegak se Kabupaten Lamongan perwakilan dari 27 Kwartir Ranting. Setiap Kwartir Ranting maksimal mengirimkan 2 sangga (Putri dan Putra) dengan ketentuan 1 sangga terdiri dari 8 orang. Sehingga total peserta sekitar 432 orang. WCSL tahun 2012 memiliki perlombaan yang sangat banyak diantaranya, Bidang Kepramukaan (Petualangan Pramuka: Kompas, Peta Perjalanan, Bivak alam, Sandi Malam, Pembuatan Perangkap Hewan, Aproksimasi, PPGD) Bidang Teknologi Tepat Guna, Seni dan Cerdas Cermat, Pramuka Pintar, dan kegiatan Clean Up the World. Salah satu peserta WCSL Tahun 2012 adalah dari Kwartir Ranting Kecamatan sugio yang sebagai Juara Kontingen Terfavorit, Juara I Putra Lomba Sandi malam, dan Juara III Umum Putri Se Kabupaten Lamongan. Pada tahun ke 2 setelah pelantikan Pengurus dan Andalan Ranting Kwarran Sugio setiap kali ada kegiatan tingkat Kabupaten baik tingkat Siaga, Penggalang dan Penegak serta Pandega selalu ikut berpartisipasi dan mendukung secara penuh program dari Kwartir Cabang Kabupaten Lamongan, ini semua bahwa untuk membuktikan komitmen kami bahwa Revitalisasi yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia ternyata sedikit demi sedikit sudah kita realisasikan sampai ke ke gugus depan. Gerakan Pramuka khususnya di Kecamatan Sugio sekarang mulai berbenah diri untuk menjadi Kwartir Ranting yang memiliki kejelasan dan komitmen untuk merealisaikan Program Kerja sehingga Gerakan Pramuka semakin hari semakin maju dan jaya selalu. Di sela waktu senggangnya pas kebetulan mendampingi Kontingen WCSL dari Kwarran Sugio di Kedungpring pada hari ketiga setelah Upacara Penutupan dan Sayonara, Kak Arif Rudianto yang akrab dipanggil Kak Rudi yang sebagai Sekretaris Kwarran mengatakan “Bahwa, Gerakan pramuka di Kwartir Ranting Kecamatan Sugio untuk memberikan kemudahan kepada Gugus Depan khusunya di Kecamatan Sugio agar lebih mudah mengakses segala informasi secara online tentang dunia Kepramukaan, maka andalan ranting dibidang organisasi dan humas telah melaunching email dan blogspot pramuka yang resmi yaitu, pramuka_sugio@yahoo.com dan www.rumahilmupramuka.blogspot.com, bahkan bulan Maret yang lalu ya masih di tahun 2012 Kwarran Sugio juga telah Merilis Buku resmi Panduan Materi Pramuka Penggalang “RARATE”. Dengan adanya email, blogspot dan Buku PMPP “RARATE” yang resmi maka diharapkan Anggota Pramuka baik dari pembina dan peserta didik di lingkungan Kwartir Ranting kecamatan Sugio bisa memanfaatkan teknologi dan Buku tersebut dengan sebaik mungkin, sehingga bisa mengambil manfaat dari apa yang diharapkan Kwarran, yakni Pramuka bisa semakin maju dan jaya selalu.rief@

Senin, 04 Juni 2012

Logo dan Maskot Raimuna Nasional 2012

MAKNA LOGO 1. Logo Raimuna Nasional X berbentuk siluet Burung Cenderawasih yang memamerkan keindahan, keelokan serta keteguhan. Cenderawasih adalah burung khas Papua yang dilindungi 2. Bulu berwarna kuning berjumlah 10 helai melambangkan bahwa Raimuna Nasional di Papua adalah Raimuna Nasional yang ke sepuluh. Sepuluh helai juga melambangkan jumlah dari Dasa Darma Pramuka 3. Bulu berwarna hijau berjumlah 2 helai melambangkan bahwa tanah papua adalah tanah yang subur 4. Bulu yang berwarna merah dan Putih dengan jumlah masing – masing 3 helai melambangkan Janji Pramuka yaitu Tri satya 5. Tulisan Raimuna Nasional X dengan tameng khas Papua sebagai pengganti huruf A 6. Jayapura,25 Juli –1 Juli 2012 adalah tempat dan tanggal dan pelaksanaan Raimuna Nasional X Bentuk Maskot Maskot Raimuna Nasional X berbentuk karikatur Burung Cenderawasih atau yang disebut “Pace Kribo”. Pace Kribo mengenakan Pramuka lengkap dengan posisi siaga memegang busur dan anak panah. Dalam budaya Papua, busur dan anak panah merupakan senjata berperang dan senjata berburuh binatang. Pace Kribo mencerminkan seorang Pramuka yang dijuluki sebagai pendekar kesatria, selalu siap siaga dalam situasi dan kondisi apapun, serta memiliki karakter maju, mandiri dan bermartabat. Maskot ini mengartikan bahwa Pramuka siap berraimuna bersama masyarakat membangun Tanah Papua. Warna Maskot Warna Pace Kribo identik dengan identitas Pramuka yakni warna coklat dan kuning dikombinasikan dengan warna hijau. 1. Warna coklat, menggambarkan sikap dan prilaku yang dewasa dalam tindakan maupun perbuatan selalu dan senantiasa sebagai sikap seorang pemimpin 2. Warna kuning menggambarkan keyakinan dan tekat akan meraih sesuatu tujuan dan cita-cita 3. Warna hijau, menggambarkan membangun kerbersamaan, kekeluargaan, kesatuan dan persatuan 4. Warna hitam, menggambarkan sikap pengabdian Makna Maskot a. Makna * Pace Kribo berasal bahasa lokal Papua yang sering ditujukan untuk orang yang berambut banyak atau berambut krol terurai di kepalanya * Bulu Cenderawasih mempunyai arti kejayaan, kebesaran dan keindahan * Mempunyai karakter hidup sebagai seorang kesatria sekalogus orang yang bersahabat b. Gaya bahasa * Komunikatif * Berwibawa * Kekeluargaan * Penamaan dengan bahasa yang unik, sehingga mudah diingat Sumber: DKD XIV Kalimantan Barat

Kamis, 17 Mei 2012

DIANPINSAT, WADUK GONDANG 29-02 Mei 2012

Lamongan, 04 Mei 2012
Bersamaan dengan pelantikan Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) dan Pengurus Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Lamongan, Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) juga melantik 468 Ketua Majelis Pembimbing Desa/Kelurahan (Mabisa/Kel) di bumi perkemahan Waduk Gondang, Senin (30/1). Kegiatan itu dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan perkemahan Gladian Pimpinan Satuan (Dianpinsat) di lokasi yang sama. Dilantik oleh Gus Ipul sebagai Ketua Mabicab Gerakan Pramuka Lamongan periode 2010-2015 adalah Bupati Lamongan Fadeli. Dengan wakil ketuanya Wabup Amar Saifudin, Sekretaris Kajari Dyah Retnowati Astuti, ketua harian Ketua DPRD Makin Abbas dan anggota Mabicab adalah Kapolres AKBP Marsudianto dan Dandim 0812 Letkol Inf Yudha Fitri. Sementara jajaran pengurus Kwarcab periode 2012-2017 adalah Sekkab Yuhronur Effendi sebagai ketuanya. Dilantik juga di kesempatan itu Lembaga Pemeriksa Keuangan (LPK) Pramuka Lamongan yang diketuai Kepala Inspektorat Ismunawan. Gus Ipul menyatakan gerakan pramuka tidak ketinggalan jaman, karena pramuka menghadirkan kegiatan-kegiatan yang baik dan kostruktif. Pramuka mengajarkan masyarakat untuk mencintai sesama dan alam. Hal itu adalah ajaran yang maju dan modern. Dia juga menyatakan pramuka berfungsi mengisi kegiatan siswa antara sekolah dan rumah. Karena banyak hal-hal buruk bisa terjadi diantara kegiatan sekolah dan dirumah. “Saat itu anak-anak tidak dalam pengawasan guru maupun orang tua, “ ungkap Gus Ipul. Dia juga menegaskan bahwa Pramuka bukan hanya milik pemerintah, gubernur, bupati atau mereka yang berpakaian pramuka saja. Tapi lebih dari itu, pramuka adalah milik rakyat. Selanjutnya kepada pengurus yang baru dilantik, Wakil Gubernur Jawa Timur itu berharap agar mereka bisa menjadikan pramuka sesuai dengan kondisi hari ini seperti dalam penggunaan teknologi. Sedangkan Fadeli dalam sambutannya menyampaikan seiring dengan upaya untuk terus mencapai prestasi yang lebih baik, Pramuka Lamongan beberapa tahun terakhir telah mengukir berbagai prestasi yang sangat membanggakan. Pramuka Lamongan terus bekerja keras dan tidak pernah ketinggalan untuk mengikuti berbagai event penting. “Jambore pramuka baik nasional maupun internasional selalu diikuti. Antara lain jambore internasional di Inggris, India, Thailand maupun Singapura. Terakhir mengikuti jambore pramuka se-dunia di Kristiandad, Swedia yang diwakili anggota pramuka Gugus Depan (Gudep) Pondok Pesantren Al Ishlah Paciran. Karena keaktifan dan prestasinya, sehingga Lamongan masuk 4 besar Jatim sebagai Kwarcab tergiat, “ ungkap dia. Pada tataran Kwarcab Pramuka Lamongan sendiri, Fadeli mengungkapkan ada aktifitas dan kegiatan secara teratur, terprogram dan terencana yang telah dilaksanakan. Seperti Dianpinsat yang dimulai kemarin dengan tujuan memberikan pengetahuan di bidang manajerial dan kepemimpinan. Kegiatan Dianpinsat tahun 2012 ini diikuti oleh 215 sangga dengan peserta kurang lebih 2.150 orang anggota pramuka penegak dari SMA, SMK, MA se-Kabupaten Lamongan. Dimana dalam Dianpinsat tahun ini diisi dengan unjuk terampil anggota pramuka dari Gudep Pondok Pesantren Al-Ishlah Paciran. Berbagai atraksi ditampilkan, diantaranya pencak silat dan marching band. Acara ditutup dengan penyerahan tunas kelapa oleh salah satu anggota pramuka kepada Kakwarcab Gerakan Pramuka Lamongan Yuhronur Efendi.

Selasa, 01 Mei 2012

MENGENANG BAPAK PENDIDIKAN NASIONAL

Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga Kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi: “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun” Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional. Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan).

Kamis, 26 April 2012

Gerakan pramuka sudah jelas merupakan wadah pembinaan moral, ini berarti unsur penggerak termasuk Pembina dan pendukung lainnya memahami keberadaan mereka. Sosok anggota Gerakan Pramuka tak ayal lagi dapat mencerminkan kadar aplikasi moral lebih baik. Kepramukaan juga sebagai wadah gerakan pendidikan, suatu proses, suatu aktivitas yang dinamis dan bergerak maju sepanjang hayat atau secara kontinuitas mengarah ke kemajuan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak, kepribadian dan akhlak mulia. Prinsip Dasar Kepramukaan adalah asas yang mendasari kegiatan Kepramukaan dalam upaya membina watak peserta didik. Oleh karena itu Pembina harus memahami bahwa setiap kegiatan kepramukaan haruslah didasari Prinsip Dasar Kepramukaan. Prinsip Dasar Kepramukaan tidak dapat dipisahkan dengan Metode Kepramukaan, karena keduanya saling melengkapi. Hal tersebut terlihat pada taat kepada kode kehormatan (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan Pengalaman Kode Kehormatan (Metode Kepramukaan). Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dengan pendidikan lainnya. Salah satu Metode Kepramukaan adalah Sistem Tanda Kecakapan. Di dalam sistem ini terdapat 3 (tiga) tanda kecakapan yaitu, kecakapan umum, kecakapan khusus dan pramuka garuda. Untuk memenuhi kecakapan tersebut, setiap Pramuka wajib menyelesaikan syarat-syaratnya. Yaitu Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Kecakapan Garuda (SKG). Untuk tercapainya Visi dan Misi dalam Gerakan Pramuka yaitu membentuk pribadi peserta didik yang jujur, ulet, disiplin, tanggung jawab, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan cinta kepada alam dan sesama sehingga menjadi sumber daya manusia yang handal, maka untuk merealisasikan itu semua khususnya para Pembina Pramuka Penggalang memiliki tugas utama yaitu mendidik para Pramuka Penggalang agar tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka. Pendidikan yang dilaksanakan dalam pasukan dan regu adalah pendidikan interaktif teman sebaya dimana pembina berperan sebagai mitra pendidik atau disebut juga fasilitator. Dalam kesempatan ini Kwartir Ranting Kecamatan Sugio merasa termotivasi untuk giat lagi dalam mendukung program Revitalisasi Gerakan Pramuka yang disampaikan oleh DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia. Bahwa Revitalisasi Gerakan Pramuka tersebut telah disampaikan pada tanggal 14 Agustus 2006 yang di singkat PRAMUKA P erkuat Gerakan Pramuka sebagai wadah pembentukan karakter bangsa R aih keberhasilan melalui kerja keras secara cerdas dan ikhlas A jak kaum muda meningkatkan semangat bela Negara M antapkan tekad kaum muda sebagai patriot pembangunan U tamakan kepentingan Bangsa dan Negara diatas segalanya K okohkan persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia A malkan Satya dan Darma Pramuka. Oleh sebab itu melalui ajakan Presiden Republik Indonesia dalam rangka revitalisasi Gerakan Pramuka Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Kecamatan Sugio mengadakan kegiatan “Launching Buku Panduan Materi Pramuka Penggalang “RARATE” dan Sosialisasi UU No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka” yang di laksanakan tanggal 15 Maret 2012 di Aula SD Negeri Sugio II Kecamatan Sugio yang dihadiri oleh Ka Kwarran Gerakan Pramuka Kecamatan Sugio Kak Drs. H. Samirin Akbar, M.Pd, Sekretaris Kwarran Kak Arif Rudianto, S.Pd.SD, Pengurus Kwarran Sugio Kak Drs. Bambang Suwito, M.Pd dan Kak Masrifah S Tyas, S.Pd, Andalan Ranting Kak Toni Suhartono, S.Pd serta Ketua Majelis Pembimbimg Gugus Depan (Ka Mabigus) dan Pembina Gugus Depan SD/MI SMP/MTs Se Kecamatan Sugio. Dengan harapan dapat memberikan guna dan manfaat untuk membina peserta didik di Gugus Depan masing-masing dengan lebih terprogram agar membentuk peserta didik menjadi manusia yang Sportif, Survive, berbudi pekerti luhur, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, peduli Tanah Air, Bangsa dan masyarakat, alam sekitar, sesama serta peduli pada diri sendiri dengan pedoman Satya dan Dharma Pramuka. Dalam kegiatan tersebut Kwarran Gerakan Pramuka Kecamatan Sugio mendatangkan langsung Narasumber I yang sebagai Penyusun Buku PMPP “RARATE” yang sekaligus juga sebagai Sekretaris Kwarran Kecamatan Sugio yaitu Kak Arif Rudianto, S.Pd.SD serta mendatangkan Narasumber II yaitu Kak Waji Arenda, S.Pd, M.Pd untuk menyampaikan materi Sosialisasi UU No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka sekaligus Materi Pendidikan Berkarakter dalam Kegiatan Pramuka. Dalam hal ini Kak Arif Rudianto, S.Pd.SD menyampaikan bahwa Buku PMPP “RARATE” adalah Buku Perdana yang ada di Kabupaten Lamongan, dengan Buku Panduan Materi Pramuka Penggalang “RARATE”, diharapkan dapat memberikan pedoman dan panduan para Pembina dalam aktivitasnya membina peserta didik secara terprogram serta mengurangi aktivitas Peserta Didik untuk menulis/didikte, sehingga dengan hanya membukanya, membaca dan memahaminya, kemudian langsung dipraktekkan, maka waktu latihan mingguan di Gugus Depan yang relatif singkat dapat dipergunakan secara maksimal, dan kemampuan Peserta Didik akan jauh lebih baik. Bahkan seandainya waktu latihan libur, adik didik masih dapat mempelajarinya dan mempraktekannya dirumah dan di mana pun berada. Buku PMPP “RARATE” ini memiliki sifat : * Praktis Dari sisi ukuran, buku PMPP “RARATE” ini memiliki ukuran 14,7 x 21 cm, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil ya sedang-sedang saja dengan 167 halaman sehingga praktis dibawa saat latihan di tengah lapangan, demikian pula dari sisi kelengkapan materinya, buku PMPP ini memuat secara lengkap materi dasar umum kegiatan kepramukaan dengan materi yang cukup up date. * Innovatif Dengan diterbitkannya buku PMPP “RARATE” ini adalah sebuah hal baru yang cukup inovatif, sehingga kehadirannya akan dapat memberikan perkembangan yang cukup signifikan dikalangan anggota Pramuka dan dapat dirasakan oleh masyarakat luas. * Ekonomis Selama ini buku materi kepramukaan yang lengkap hanya dimiliki oleh kakak pembina saja, itupun tidak seluruhnya mampu dan mau membelinya, mengapa?, karena selain berukuran besar harganyapun cukup mahal, maka buku PMPP “RARATE” ini memberikan solusi baru, yakni seluruh pembina dan seluruh peserta didik akan dapat memilikinya, bahkan mampu dan mau membelinya mengingat harganya cukup murah. * Privat / Klasikal Buku ini dapat digunakan secara berkelompok maupun perorangan, sehingga bagi pembina akan cukup lebih mudah dalam memberikan pengarahan kepada para adik didiknya, sehingga dalam latihan dapat dilakukan berbagai macam cara yang bervariasi sehingga adik didik tidak mudah jenuh dalam mengikuti kegiatan. * CBPA (Cara Belajar Pramuka Aktif) Dengan buku PMPP “RARATE” ini adik didik dapat langsung membacanya sendiri kemudian memahaminya dan selanjutnya mempraktekkannya sendiri tanpa merasa diperintah ataupun diatur oleh Pembina, peran Pembina hanya memantau kemudian memberikan pencerahan jika ternyata peserta didik menemukan kendala dalam prakteknya. * Efektif Didalam melaksanakan sebuah tanggungjawab menyelesaikan program kerja Gugus depan selama 1 tahun, tentunya diperlukan beberapa faktor untuk menunjang hal tersebut, pada latihan mingguan yang diadakan, hal yang sering dilakukan oleh Kakak Pembina adalah menuliskan materi pramuka dipapan tulis atau mendiktekannya kepada para peserta, sehingga waktu latihan yang relatif singkat cenderung habis digunakan untuk hal yang demikian, bahkan tanpa harus dipraktekkan isi dari materi tersebut pada hari itu, jika ingin dipraktekkan maka harus menunggu waktu latihan minggu depan, sehingga program setahun Gugus Depan jarang terselesaikan. Dengan buku PMPP “RARATE” ini peserta tidak perlu lagi banyak menulis, cukup buka, baca, pahami dan praktekkan, maka waktu latihanpun akan dapat digunakan secara lebih maksimal. * Sistematis Buku PMPP “RARATE” ini disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik dan jenjang tingkatan yang ada didalamnya, sehingga susunan materi didalamnya juga didasarkan pada SKU terbaru dan program kerja Gudep pada umumnya, sehingga diharapkan seluruh komponen materi yang ada dalam buku ini adalah benar-benar memudahkan semua pihak (Sekolah/Gugus depan, Pembina dan peserta didik) dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. * Fleksibel Buku ini dapat dipergunakan oleh seluruh peserta didik dari berbagai tingkatan dan dapat pula dijadikan sebagai buku pegangan Para Pembina, penggunaan buku PMPP “RARATE” ini dapat disesuaikan dengan program kegiatan yang telah direncanakan semula, sehingga tidak harus dimulai dari awal dalam penggunaannya. Materi buku ini dapat dibaca, dipelajari dan dipraktekkan langsung ditempat latihan, disekolah ataupun diacara diperkemahan, bahkan dirumahpun buku ini dapat dimanfaatkan. * Komunikatif Didalam membaca, memahami dam mempraktekkan isi buku ini, tentunya peserta didik akan menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya, sehingga peserta akan mengajukan pertanyaan / usulan kepada pembina untuk menjelaskannya, atau sebaliknya, jika peserta merasa enggan untuk bertanya, maka pembina dengan kepiawaiannya dapat mengajukan pertanyaan dengan methode kompetisi berupa pertanyaan adu cepat, siapa yang cepat menjawab dialah pemenangnya. * Atraktif Seluruh isi dari Buku PMPP “RARATE” dapat dipraktekkan langsung ditempat, oleh siapa saja dan bagi siapa saja. Adapun penekanan pada bentuk praktek adalah hal yang paling diutamakan, karena sesungguhnya nama Gerakan Pramuka adalah sebuah bentuk pergerakan, dinamika dan bukan bersifat teoritis semata. Memperhatikan maksud dan tujuan dengan berdasarkan pada Dasar Pemikiran serta Visi dan Misi yang dimiliki PMPP “RARATE”, maka kami mengajak kepada seluruh komponen masyarakat sekolah agar ikut berperan serta aktif didalam pembinaan watak, moral dan mental spiritual generasi tunas muda sebagai generasi penerus bangsa. Dengan keterlibatan semua komponen masyarakat khususnya masyarakat sekolah maka pembinaan generasi muda ini akan mendapatkan hasil yang lebih optimal, dan marilah kita awali kegiatan pembinaan ini dari lingkungan sekolah, sehingga lingkungan sekolah sebagai Wiyata Mandala akan menjadi pelopor pertama dalam hal pembinaan generasi muda.

Kamis, 02 Februari 2012


JAKARTA – 31 Januari 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan Lencana Tunas Kencana kepada Raja Swedia Carl XVI Gustaf di Istana Merdeka pada hari ini.

Penghargaan tersebut merupakan tanda penghargaan tertinggi Gerakan Pramuka yang pernah diberikan kepada tokoh-tokoh Gerakan Pramuka yang sebelumnya diterima oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, dan Presiden Yudhoyono.

Kepala Negara selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka menganugerahkan Lencana Tunas Kencana kepada Carl XVI Gustaf yang sudah tiba di Jakarta sejak kemarin.
Presiden mengatakan Yayasan Kepanduan Sedunia di bawah kepemimpinan

Raja Swedia telah memberikan bantuan teknis dan keuangan kepada organisasi kepramukaan di berbagi tempat dengan tujuan menyelenggarakan berbagai aktivitas di negara mereka masing-masing.

“Yang mulia telah membuktikan kepemimpinan untuk memberdayakan organisasi kepanduan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Saya bangga bahwa Gerakan Pramuka Indonesia juga telah secara aktif berkecimpung di Gerakan Duta Perdamaian Global dari Yayasan Pramuka
Dunia,” ujar Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu, Selasa 31 Januari 2012.

Sementara itu, Raja Carl XVI Gustaf memuji kepemimpinan Presiden Yudhoyono saat memimpin rekonstruksi Aceh pascatsunami yang menurutnya patut menjadi acuan seluruh Gerakan Pramuka di dunia. (Sumber Berita : http://www.bisnis.com)