Ketika mendengar kata Idul Fitri, tentu dalam
benak setiap orang yang ada adalah kebahagiaan dan kemenangan. Dimana pada hari
itu, semua manusia merasa sangat gembira dan senang sekali karena telah melaksanakan ibadah
puasa sebulan penuh dengan penuh keikhlasan, kesabaran hanya untuk mendapat ridho dan pahala dari Allah SWT.
Dalam Idul Fitri tahun ini juga ditandai dengan adanya
”mudik (pulang kampung)” yang notabene hanya ada di Indonesia. Selain itu, hari
raya Idul Fitri juga kerap ditandai dengan hampir 99% mereka memakai sesuatu
yang baru, mulai dari pakaian baru, sepatu baru, sepeda baru, mobil baru, atau
bahkan istri baru (bagi yang baru menikah). Maklum saja karena perputaran uang
terbesar ada pada saat Lebaran. Kalau sudah demikian, bagaimana sebenarnya
makna dari Idul Fitri itu sendiri. Apakah Idul Fitri cukup ditandai dengan
sesuatu yang baru, atau dengan mudik untuk bersilaturrahim kepada sanak saudara
dan kerabat?.
Idul Fitri (kembali ke fitrah), ya suatu hari
raya yang dirayakan setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu
bulan penuh. Dinamakan Idul Fitri karena manusia pada hari itu laksana seorang
bayi yang baru keluar dari dalam kandungan yang tidak mempunyai dosa dan salah.
Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke
fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan
kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam
keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan.
Seiring dengan perkembangan itu sendiri,
banyak di antara manusia dalam perjalanan hidupnya yang melupakan Allah serta
telah melakukan dosa dan salah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Untuk
itu, memahami kembali makna Idul Fitri (kembali ke fitrah) dengan membangun
kembali pengabdian hanya kepada Allah adalah sebuah keharusan sehingga kita
semua dapat menjadi hamba-hamba muttaqin dan hamba yang tidak mempunyai dosa.
Dosa kepada Allah terhapus dengan jalan bertaubat dan dosa kepada sesama
manusia dapat terhapus dengan silaturrahim.
Idul Fitri atau kembali ke fitrah akan
sempurna tatkala terhapusnya dosa kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya
dosa kita kepada sesama manusia. Terhapusnya dosa kepada sesama manusia dengan
jalan kita memohon maaf dan memaafkan orang lain.
Nah, dengan momentum Idul Fitri ini kita mari
jadikan sebagai sarana meminta maaf dan memaafkan orang lain dengan
bersilaturrahim (menyambung kasih sayang) baik kepada suami atau istri, kedua
orang tua, anak, keluarga, sanak kerabat, tetangga serta teman dan relasi kita
ketika ada kebencian terhadap mereka. Sebab kasih sayang merupakan lawan dari
kebencian. Sehingga orang yang dalam dirinya ada kebencian pada suami atau
istri, orang tua, anak, keluarga, sanak kerabat, tetangga, teman dan relasi
disebut dengan pemutus kasih sayang (Qathiul Rahim).
Dengan demikian, mari kita jadikan Idul Fitri
tahun ini berbeda dengan Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya karena kita telah
memahami akan makna Idul Fitri. Dengan kita maksimalkan bersilaturahim untuk
meminta maaf, memberi maaf dan menjadi seorang pemaaf. Jangan biarkan
kedengkian dan kebencian merasuk kembali ke jiwa kita yang telah fitri (suci).
Dengan momentum ini pula, kami keluarga besar
KWARTIR RANTING GERAKAN PRAMUKA KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN sebagai
makhluk yang banyak dan penuh dengan kesalahan dan dosa, baik yang kami sengaja
atau tidak, dengan tulus kami memohon maaf lahir batin atas semua kesalahan dan
dosa kami kepada anda semua. Begitu juga sebaliknya, jika ada kesalahan dan
dosa anda semua kepada kami, dengan lapang dada kami memaafkan anda. Dengan
harapan, semoga kita semua menjadi manusia bersih sebagaimana bayi yang baru
dilahirkan dari kandungan yang tak punya salah dan dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar